Ayam goreng dan Agnes yang Go International

Sudah lupa persisinya kapan. Tapi beberapa waktu lalu, saya sampat ngobrol dengan seorang teman yang merasa dikelabui oleh pelayan restoran cepat saji langganannya. Gara-garanya adalah, teman saya merasa tak nyaman karena seperti digiring secara halus untuk membeli CD musik yang diperjualbelikan di restoran dengan menu utama ayam goreng itu.

Dengan alasan malu ( baca : jaim ) untuk berdebat didepan antrian banyak pelanggan lain, teman saya itu akhirnya ikhlas ( atau lebih tepatnya pasrah ) membayar sejumlah nominal yang tertera di struk pembelian. Saya menanggapi curhatnyadengan guyonan yang membuat dia bete “bukan karena kasetnya kali bro, tapi karena timing kamu yang salah. Makan di K*C saat tanggal peyot kaya’ gini hehehe. Teman sayapun manyun.

Entah karena kualat, persitiwa yang dialami teman saya itu, kemarin menimpa saya saat mengantar ponakan makan di restoran capat saji dengan nama yang sama, di sebuah Mall di kawasan Tebet. Perbincangan singkat yang sudah lenyap dari memori otak saya itu, terngiang lagi ditelinga saya. Mungkin seperti inilah perasaan teman saya waktu itu. Saya benar-benar kualat ๐Ÿ˜ฆ

Kalau tak ingat pesan Ibu saya : “kalau soal makanan, jangan terlalu mikir duit”, mungkin saya akan mengadukan persoalan ini ke Lembaga Perlindungan Konsumen atau Komnas HAM sekalian ( lebayyyy.. ). Atau ke Komnas Perlindungan Anak, karena yang saya antar adalah anak-anak ( mulai maksa ๐Ÿ˜€ ). Atau ke komisi apa saja yang membuat Harian Kompas mencap negara kita sebagai Negara Komisiย karena terlalu banyak Komisi Negara yang menggerogoti APBN tapi banyak yang tak ketahuan kinerja dan tupoksinya. Tapi gak usah dibahas ah..

Yang jelas, kamipun akhirnya pulang dengan membawa oleh-oleh dua keping CD yang kalau gak salah oleh ponakan saya memilih CD lagu penyanyi cilik Umay dan yang satunya lagi kaset dari penyanyi tampan Ello ( kaset yang kedua itu pilihan saya karena saya dan Ello punya kesamaan face *ukhkk ).

Dengan maksud menyama-nyamakan diri dengan Deny Sakri dan Bens Leo sebagai pemerhati musik, saya berpendapat bahwa cara ini adalah trik baru perusahaan rekaman menggenjot hasil penjualan para musisi dengan cara mendekatkan diri dengan konsumen.

Harus diakui bahwa ada perubahan revolusioner terkait cara kita memperoleh lagu – lagu kesukaan kita. Mungkin tak banyak diantara kita yang mau bela-belain mendatangi toko kaset atau cd untuk memperoleh lagu yang disenangi. Cukup men download dari sekian banyak situs yang menawarkan mp3 gratis ( dan kebanyakan ilegal), kita sudah bisa mendengarkan lagu kesukaan kita itu melalui mp3 player atau gadget yang menyediakan aplikasi music player. Kondisi yang membuat perusahaan rekaman dalam posisi terjepit.

Satu lagi, Ketika ditawari pilhan CD oleh mbak-mbak pelayan yang manis itu, sekilas saya lihat terdapat pula CD Agnes Monica yang katanya sudah go international itu. Hati nurani saya sebagai penikmat musikpun seperti berontak, ya mosok hasil penjualan lagu – lagu Agnes yang selalu disejajarkan dengan Beyonce itu harus didongkrak dengan cara “memaksakan” penikmat ayam goreng jadi penikmat musik juga. ๐Ÿ˜€

Bukan tak suka Agnes Monica, tapi jika go international itu harus diukur dari seberapa sering dia berduet dengan artis luar negeri, dari berapa sering dia menjadi penampil pada acara – acara international, berapa banyak lagunya yang berbahasa inggris dan dari berapa banyak talent music luar negeri yang dilibatkan dalam album sang penyanyi, sungguh tidak masuk logika awam saya sebagai penikmat musik. Bukankah musik itu adalah industri yang otomatis berbicara pasar ( bukan pasar induk Caringin ya, tapi pangsa pasar ๐Ÿ™‚ ).

Artinya status go international tetaplah bermuara pada orientasi pasar dan penjualan. Saya tak tau persis berapa keping CD yang terjual dari artis multitalenta seperti Agnes. Tapi jika dibalik angka penjualan yang bombastis itu ada orang seperti kami dan teman saya itu yang harus membelinya sambil ngedumel, fair ka cap go international itu ?

agnes

Sungguh saya juga adalah penikmat suara Agnes Monica, terutama pada lagu Jera dan Matahariku. Tapi saya tak begitu menikmati ketika dia menyanyikan lagu berbahasa asing, Saya seperti kehilangan Agnes itu sendiri, entah karena apa?. Tapi sudahlah, saya sepertinya memang hanya kualat karena nekat mentraktir ponakan diakhir bulan, sama persis dengan teman saya !